Yosh, kali ini saya bakal mengulas salah satu anime movie masterpiece dari Studio Ghibli yakni “Grave of Firefiles”. Grave of Firefiles (Hotaru no Naka) merupakan anime movie buatan Studio Ghibli yang diproduksi pada 16 April 1988 di Jepang, jadi anime ini juga merupakan salah satu anime lawas namun dengan cerita yang memukau. Bahkan anime Grave of the Fireflies” masuk 50 besar jajaran film terbaik di IMDb sedangkan di MyAnimeList berada di peringkat 88.
Maka tak heran anime Grave of the Fireflies mengundang rasa penasaran bagi anime lovers bahkan pecinta film untuk menontonnya, dan salah satunya adalah saya, dan setelah menonton animenya memang pantas anime ini merupakan salah satu masterpiece di dunia anime dan film. Maka dari itu saya akan mengulas anime ini sedetil-detilnya karena memang banyak sekali hal yang ingin saya tulis mengenai anime ini, bahkan mungkin saya akan memberikan spoiler pada ulasan ini, maka bagi yang belum nonton dan tidak ingin kena spoiler silakan untuk berhenti membaca sampai sini, terimakasih.
Judul : Grave of the Firefiles (Hotaru no Naka)
Genre : Drama, Historical
Rating : 8.53 (MyAnimeList) / 8.5 (IMDb)
Studio : Studio Ghibli
STORY 9/10

Hotaru no Naka
Grave of the Fireflies menceritakan kakak-beradik yang berjuang untuk hidup di tengah-tengah perang ke-2, anime ini memang berlatar belakang pada masa perang ke-2 dimana saat itu Jepang diserang oleh Amerika Serikat, sehingga banyak korban jiwa berjatuhan akibat perang tersebut. Salah satu orang yang mengalaminya adalah Seita, ia merupakan seorang pemuda berusia 14 tahun yang terpaksa harus menjadi korban akibat perang yang terjadi, Seita harus berjuang hidup bersama adiknya bernama Setsuko yang masih berusia 4 tahun, kedua orang tuanya meninggal akibat perang, ibunya meninggal karena terkena luka bakar yang serius sehingga akhirnya meninggal, sedangkan ayahnya meninggal di medan perang, ayah seita merupakan angkatan laut yang pergi ke medan perang dan pada akhirnya meninggal. Alhasil Seita dan Setsuko harus hidup tanpa kedua orang tuanya.

Kunang-kunang
Pada awal cerita kita disuguhkan saat-saat dimana Jepang dibombardir oleh Amerika Serikat, saat itu Seita dan Setsuko hendak bergegas pergi ke tempat pengungsian bersama Ibunya, namun mereka terpisah dan tak pergi bersama ke tempat pengungsian, sesampainya Seita di pengungsian ia mendapat kabar bahwa ibunya sedang kritis, namun karena tidak segera diberikan pertolongan lebih lanjut akhirnya Ibunya pun meninggal, jujur bagi saya melihat ini merupakan suatu momen yang sangat mengharukan, namun Seita dengan tegar menghadapi kenyataan ini, ia menyembunyikan kematian Ibunya dari adiknya Setsuko karena adiknya masihlah kecil, mereka pun kemudian dirawat oleh saudaranya.

Terlihat bahagia namun…
Seita dan Setsuko terpaksa tinggal bersama saudaranya lantaran mereka sudah tidak punya tempat untuk pulang, bibinya pun memutuskan untuk merawat Seita dan adiknya, pada awalnya semua berjalan lancar dan harmonis, hingga pada akhirnya bibinya pun merasa jengkel terhadap Seita dan Setsuko, karena Seita selama tinggal di kediaman bibinya hanya menjadi pengangguran dan itu membuat beban bagi keluarga bibinya karena harus menghidupi Seita dan adiknya, bibinya pun mencari cara agar Seita tak membebaninya, bibinya pun menjual pakaian Ibunya Seita dan ditukarkan dengan beras, namun kekesalan bibinya terhadap Seita tidak berhenti disini, bibinya pun mulai menyindir dan mengatakan bahwa Seita harus bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri, Seita pun merasa kesal kepada bibinya tersebut karena ternyata mereka tidak ikhlas merawat ia dan adiknya.
Suatu ketika bibinya pun mengatakan kepada Seita agar mengurus makanan masing-masing, karena keluarga bibinya pun sedang susah maka dari itu Seita pun mau tak mau harus mencari makan sendiri, untungnya ia masih punya uang simpanan Ibunya dan itu pun digunakan Seita untuk membeli makanan dan perlengkapan memasak, namun Seita merasa bahwa ia tidak ingin tinggal di rumah bibinya lagi, bahkan adiknya Setsuko pun merasakan demikian, Seita pun memtuskan pergi dari rumah bibinya dan mulai hidup mandiri. Saya yang menontonnya pun ikut kesal dan jengkel kepada bibinya seita, karena ternyata bibinya tidak ikhlas merawat Seita dan Setsuko, bibinya ini sudah seperti ibu-ibu jahat di sinetron Indonesia, terkadang saya berniat untuk berhenti atau meng-skip adegan-adegan yang sekiranya menjengkelkan, namun bila begitu rasanya tidak akan lengkap.

Senyuman itu…
Seita dan Setsuko pun menemukan sebuah tempat tinggal, namun tempat tersebut tidak layak disebut rumah karena bangunan tersebut hanyalah sebuah bekas benteng tua yang sudah tidak terpakai, karena tidak memiliki biaya terpaksa mereka berdua tinggal di tempat tersebut. Persiapkan diri kalian karena cerita yang sesungguhnya baru dimulai dari sini, mulai dari sini kita akan melihat bagaimana perjuangan anak yatim piatu yang berjuang untuk terus hidup, walaupun saya sudah tahu bagaimana akhir dari anime ini namun saya penasaran mengapa anime ini memiliki rating yang tinggi.

Tempat tinggal Seita dan Setsuko. tempat yang penuh dengan kenangan
Seita dan Setsuko menjalani kehidupan mereka di benteng tersebut, dengan peralatan dan perlengkapan seadanya mereka mencoba untuk menjalani kehidupan normal, semua cukup berjalan baik di awal, untuk mengisi perut mereka mencari bahan-bahan yang ada di sekitar mereka, kebetulan benteng yang ditempati oleh Seita berada dekat dengan sebuah danau kecil, maka dari itu mereka mencari makan di danau tersebut, mereka memakan ikan, katak dan binatang lain yang sekiranya aman untuk dikonsumsi, semua berjalan baik dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

:’)
Kehidupan Seita dan Setsuko begitu sederhana, mereka hanya berjuang untuk tetap bertahan hidup di kala situasi yang tidak memungkinkan, bayangkan saja remaja 14 tahun harus membiayai kehidupannya sendiri serta adiknya yang masih berusia 4 tahun, sungguh sebuah potret kehidupan yang begitu pilu dan mungkin diluar sana banyak yang mengalami hal ini. Grave of the Fireflies (Hotaru no Naka) jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia memiliki arti “Makam Kunang-kunang”, kalian mungkin akan bertanya mengapa judulnya seperti itu, namun memang kunang-kunang diperlihatkan sebagai binatang yang “special” di anime ini, salah satu adegan menunjukan Seita menangkap banyak kunang-kunang dan menjadikannya sebagai alat penerangan di benteng tempat ia tinggal, disini ada sebuah dialog yang membuat saya merinding dan terharu, kurang lebih dialognya seperti ini “Mengapa kunang-kunang begitu cepat mati”, Setsuko mengatakan hal tersebut sambil menangis, tak hanya itu saja kemudian Setsuko menguburkan kunang-kunang yang telah mati, Seita pun bertanya mengapa Setsuko menguburkan kunang-kunang tersebut, lalu Setsuko menjawab “Bibi pernah mengatakan padaku bahwa Ibu juga berada di kuburan”, hal ini menjelaskan bahwa Setsuko ingin mengubur kunang-kunang yang telah mati tersebut karena Ibunya yang mati pun dikuburkan, intinya baik Ibunya atau pun kunang-kunang merupakan makhluk hidup, dimana seharusnya makhluk yang telah mati harus dikuburkan dengan layak, Seita pun menangis mendengar perkataan Setsuko, Seita mengingat bahwa Ibunya tidak sempat dikuburkan, disini momen-momen haru mulai terasa, disini saya masih belum menangis, masih berlinang air mata atau bahasa sundanya “cirambai”.

Menangislah Seita, jangan dipendam…
Entah mengapa karakter Setsuko ini begitu terlihat nyata bagi saya, maksud saya karakter ini terlihat seperti adik perempuan saya sendiri, saat menonton anime ini saya seperti terbawa dan hanyut dalam cerita, saya merasa berada di posisi sebagai Seita, jadi saya bisa merasakan kesedihan dan kepiluan yang dirasakan oleh karakter Seita. Namun kesedihan belum berkahir disini, mulai dari sini kita akan melihat bagaimana kisah drama yang begitu menyedihkan. Seperti yang telah saya tulis tadi bahwa kehidupan Seita bersama adiknya memang jauh dari “layak”, namun mereka melihat dan merasa kehidupan tersebut sudah cukup bagi mereka, walaupun kenyataanya mereka berdua makan makanan seadanya, yang pada akhirnya membuat mereka merasakan dampaknya, hidup ditempat yang tidak bersih, tidak nyaman, makan makanan yang tidak bergizi membuat Seita dan Setsuko terkena dampak dari pola hidup mereka yang tidak sehat bahkan tidak layak.

Semangat !
Setsuko yang dimana masih dalam tahap pertumbuhan dan memerlukan banyak gizi akhirnya mulai terjangkit suatu penyakit, dimana Setsuko mengalami diare yang tak kunjung berhenti, badannya pun dipenuhi oleh bercak-bercak merah menandakan bahwa tubuh dan badannya tidaklah sehat, Seita pun berusaha untuk mencari cara untuk menyembuhkan adiknya, ia pun nekat mencuri bahan-bahan makanan di kebun orang lain, namun Seita pun kedapatan mencuri oleh pemilik kebun dan alhasil Seita dipukuli dan dibawa ke kantor polisi, untungnya polisi tersebut melepaskan Seita, disini kita bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Seita, Seita mencuri untuk memberi makanan yang bergizi untuk adiknya yang tengah sakit, namun yang terjadi ia malah dipukuli karena kedapatan mencuri, sungguh kisah yang memilukan. Saat berjalan pulang adiknya telah menunggu Seita, disini Seita memeluk erat Setsuko dan disini drama begitu kental terasa dan perasaan pun ikut terbawa emosional, namun saya masih bisa menahan air mata untuk tidak keluar dari mata saya.

Setsuko masih hidup, namun keadaanya semakin memburuk
Keadaan Setsuko semakin memburuk, ia bahkan sudah tidak bisa berjalan lagi, ia hanya bisa tertunduk lemas, sementara Seita berusaha untuk mencari uang dan makanan, bahkan Seita nekat mencuri barang-barang di rumah bibinya, selain dengan mencuri ia pun mendapatkan uang dari bank, entah itu uang simpanan Ibunya atau tunjangan bantuan dari pemerintah, saat beres mengambil uang dari bank Seita mendapatkan kabar bahwa Jepang telah kalah dari Amerika dan semua pasukan telah mati, termasuk Ayah Seita yang juga bertugas di medan perang, disini kita akan merasakan kepedihan dari kehilangan orang tua ditengah-tengah perjuangan hidup, saya pun berduka cita atas kematian Ayahnya.

Keluarga Besar
Seita pun kini benar-benar menjadi anak yatim piatu, keluarganya yang tersisa hanyalah adik perempuannya yang kini sedang sakit, Seita pun menggunakan uang yang ada untuk membeli berbagai makanan yang bergizi, hal tersebut ia lakukan untuk menyembuhkan adiknya. Seita pun pulang dan membawa beberapa makanan, saat itu Setsuko sedang berbaring dan sedang mengunyah sesuatu, oh iya saya hampir lupa bahwa Setsuko ini sangat suka dengan permen buah, Setsuko memiliki kotak berisikan permen buah namun kini telah habis, ia memegang kotak permen buah yang kosong, Seita pun membuka mulut Setsuko dan ternyata bukan permen yang berada di mulutnya, kita bisa melihat Setsuko yang sudah terlihat lemas tak berdaya, bahkan ia mengatakan hal-hal aneh yang menandakan ia seperti sedang mengigau, Seita pun kemudian memotong Semangka dan memberikannya kepada Setsuko, Setsuko pun mengunyah semangka pemberian dari kakaknya tersebut dengan penuh senyuman dan rasa bahagia, Setsuko pun berkata “Rasanya enak” kemudian ia mengatakan “Terima kasih” dengan suara yang kecil dan rintih.

Setsuko semakin memburuk, ia mulai mengigau
Kemudian kita diperlihatkan bahwasanya Setsuko telah meninggal sesudah ia mengatakan “terima kasih” dan tidur untuk selama-lamanya, dan disinilah kesedihan dan kepiluan terjadi, sungguh cerita yang sangat-sangat menyedihkan, setelah kematian Setsuko tersebut kita diperlihatkan momen-momen Setsuko ketika ia masih hidup, dan shit ini merupakan scene dan adegan dalam film yang paling menyedihkahkan, dan mulai dari sini saya tak bisa membendung air mata saya, air mata yang sejak tadi saya tahan takj dapat ditahan lagi. Setelah kematian Setsuko kita tidak diperlihatkan momen dimana Seita menangis, ia hanya terdiam dengan tatapan penuh keputus-asaan, ia pun mengkremasi adiknya, dan ini merupakan adegan yang menyedihkan, dimana saat akan melakukan kremasi Seita menguburkan adiknay bersama pakaianya dan segala hal yang adiknya suka, namun ada satu barang yang Seita bawa yakni kaleng kosong bekas permen buah kesukaan Setsuko, dan saya pun akhirnya mengerti apa makna dari adegan-adgean di awal-awal film, dimana di awal kita diperlihatkan seorang pria yang tengah kelaparan dan akhirnya mati, dan ternyata itu adalah Seita. Bagi saya anime-anime buatan Studi Ghibli memang memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh studio anime lain, saya salut kepada semua orang yang bekerja di Studio Ghibli memberikan tontonan yang luar biasa berkmakna.

Setsuko akhirnya tertidur untuk selama-lamanya
Anime Grave of the Firefiles memberikan sudut pandang kita terhadap kehidupan seseorang dimasa-masa peperangan, bahkan kita diajak untuk melihat dari sudut pandang orang Jepang yang sedang dibombardir oleh Amerika. Studio Ghibli sangat handal mengemas sebuah cerita yang sebetulnya sederhana namun dikemas dengan baik sehingga meninggalkan kesan bagi siapa saja yang menontonnya. Mungkin ulasan saya ini sedikit lebay dan terlalu drama, namun memang inilah keresahan dan perasaan yang saya rasakan setelah selesai menonton anime Grave of the Fireflies, sungguh cerita yang sederhana namun begitu mengena.
Percaya atau tidak saya menangis ketika menulis ulasan ini, apalagi ketika bagian yang membahas Setsuko, entah mengapa bayang-bayang Setsuko terngiang-ngiang dikepala, apalagi ketika membayangkan betapa lucu dan polosnya seorang bocah perempuan yang bernama Setsuko ini, bagi yang memiliki adik perempuan yang seumuran dengan Setsuko mungkin akan merasakan kesedihan yang begitu mendalam, bayangkan saja bila itu terjadi kepada keluarga kita ?

Sayangi orang-orang terdekat kita, terutama Keluarga
Intinya cerita dari anime Grave of the Fireflies ini begitu sederhana, kita akan melihat kisah hidup kakak-beradik yang terus berjuang untuk hidup ditengah-tengah kondisi yang kacau balau, namun walau cerita yang begitu sederhana saya yakin setelah kalian menonton anime ini akan timbul pertanyaan mengapa cerita dari anime ini begitu menyedihkan ? . Saya saja yang seorang laki-laki menangis tersedu-sedu menonton anime ini, entah saya yang terlalu melankolis atau film ini memang sangat mengharukan, apa jadinya jika seorang wanita yang menonton anime ini ? apalagi jika wanita tersebut punya adik perempuan, hmm pasti akan sangat mengharukan.

Selamat jalan Setsuko, tenang disana ya :’)
Anime ini memberikan kesan kepada orang-orang yang menganggap bahwa anime hanya untuk anak-anak, penilaian kamu akan hal itu akan berubah ketika kamu sudah menonton anime Grave of the Fireflies ini. Ya layakna film ada film yang dibuat untuk anak-anak dan untuk orang dewasa, dan anime Grave of the Fireflies ini adalah sebuah film animasi yang ditujukan untuk penonton remaja hingga dewasa.

Adegan di awal film merupakan gambaran ending. Ternyata …
Grave of the Fireflies merupakan anime dengan cerita yang paling menyedihkan dan mengharukan bagi saya, Clannad yang juga yang memiliki ending yang hampir mirip belum bisa mengalahkan kesedihan dari anime Grave of the Fireflies, AnoHana juga belum sebanding, Shigatsu wa Kimi no Uso, Kimi no Shinzou wa Tabetai dan anime-anime lain dengan ending yang menyedihkan belum mampu menandingi kesedihan dari anime ini, maka saya pun menobatkan anime Grave of the Fireflies (Hotaru no Naka) sebagai anime dengan cerita yang paling menyedihkan sepanjang masa (sejauh ini). Jangan salahkan saya apabila kamu merasa depresi setelah menonton anime ini hahahaha.
ANIMASI/GRAFIK 8/10

Animasi ciamik, good job Studio Ghibli
Grave of the Fireflies merupakan anime yang diproduksi pada tahun 1988, maka tak heran animasi yang disajikan begitu terasa jadul banget bagi kita yang hidup di tahun 2019 ini, namun bagi saya animasi dari anime Grave of the Fireflies sudah sangat baik pada masanya, apalagi untuk di masa sekarang pun animasinya masih bisa dinikmati, animasi jadul malah menjadi nilai lebih bagi saya, karena anime ini menceritakan tentang perang dunia ke-2 maka dengan animasi yang jadul tersebut memberikan saya kesan bahwa anime ini seolah-olah mengambarkan situasi di masa perang dunia ke-2 tersebut, bahkan memberikan kesan “kelam” dan “sedih”.
Saya menikmati anime ini dengan baik, tidak ada masalah yang begitu berarti dengan animasi yang ada, sekali lagi salut untuk Studio Ghibli.
CHARACTER 8/10
Seita
Tokoh utama dari anime Grave of the Fireflies tentu saja Seita, karena semua yang terjadi di anime ini kita akan melihatnya dari sudut pandang Seita. Seita ini merupakan kakak yang sangat menyayangi adiknya melebihi apapun, sungguh karakter kakak yang baik hati, namun sayang ia hidup ditengah-tengah situasi perang yang membuatnya menjadi seorang anak yatim piatu dan harus merawat adiknya yang masih kecil.
Hingga akhir khayat Seita mengingat adiknya Setsuko, itu menandakan betapa cintanya Seita kepada adiknya, kadang saya berpikir kenapa harus ada peperangan ? karena peperangan hanya akan menimbulkan kesedihan dan kehancuran.
Setsuko

Gadis kecil yang lucu dan polos
Seorang bocah perempuan berumur 4 tahun yang harus merasakan yang begitu memilukan, kedua orangnya telah tewas akibat perang, bahkan untuk kehidupan sehari-hari pun Setsuko dan kakaknya sangat kesusahan. Walaupun hidup ditengah-tengah kehidupan yang serba kekurangan, Setsuko tetap menjadi bocah polos dan ceria, ia selalu bertingkah apa adanya, dan sifatnya inilah yang membuat saya menaruh simpati kepada karakter Setsuko, betapa berkesannya karakter Setsuko bagi saya. Ketika saya melihat gambar-gambar Setsuko di internet, seketika itu juga saya langsung mengingat kembali momen-momen menyedihkan yang dialami oleh Setsuko.

Senyunmu itu dek :’)
Hanya dua karakter penting dalam anime ini, selebihnya hanya karakter tambahan, mungkin bibinya saja yang punya peran lebih ketimbang yang lain, namun saya malas untuk membahasnya, cukup dua karakter utama saja.
SOUNDTRACK/OST 8/10
Opening : “Setsuko and Seita” – Michio Mamiya
Ending : “Futari” – Michio Mamiya
Insert Song : “Home Sweet Home” – Amelita Galli-Gurci
Insert song ini menjadi begitu memorable karena lagu ini menjadi lagu pengiring kematian Setsuko, dan scene inilah yang bikin saya nangis tersedu-sedu.
Anime ini tidak terlalu banyak menggunakan music-musik instrument, hanya di momen-momen penting saja, dan semua musik yang ada sungguh cocok dan menambahkan kesan tersendiri ketika mendengarkannya, paling favorit tentu saja ketika insert song kematian Setsuko, ketika digambarkan kilas balik mengenai karakter Setsuko dengan iringan lagu slow yang membuat hati terasa teriris-iris.
KESIMPULAN 9/10
Anime movie dengan cerita yang sederhana namun dikemas dan diproduksi dengan baik membuat ceritanya begitu mengesankan, menyedihkan dan mengharukan. Bagi kamu yang suka dengan anime-anime dengan cerita yang menyedihkan, kamu boleh coba menonton anime ini, dan jangan salahkan saya bila setelah menonton anime ini kamu menangis sekencang-kencangnya wkwkwkwk.
Bagi penggemar anime keluaran Studio Ghibli tentu saja anime ini jangan sampai kamu lewatkan, apalagi bagi pecinta film wajib banget nonton anime Grave of the Fireflies ini. Persiapkan mental dan diri kalian sebelum menonton anime ini, siapkan hati kalian serta tisu di meja kalian, dan selamat menikmati anime Grave of the Fireflies.

Beristirahatlah dengan tenang Seita dan Setsuko

SELAMAT JALAN, SAYONARA ….